Minggu, 20 April 2014

Berlindung dibalik Tameng Insya Allah???

Berlindung di balik Tameng Insya Allah???






Definisi Insya Allah: ungkapan yg digunakan untuk menyatakan harapan atau janji yg belum tentu dipenuhi (maknanya 'jika Allah mengizinkan')
Kalau dahulu dan lebih-lebih di zaman Rasulullah kemudian dilanjut dengan para sahabat, kerabat, para jumhur ulama masih memiliki pengaruh kuat dizaman itu, maka kata Insya Allah sesungguhnya nyaris bermakna atau berarti sebuah 'kepastian' kecuali Allah berkehendak lain. Artinya bahwa begitu beliau-beliau mengucapkan kata 'Insya Allah' dalam sebuah janji, atau disaat beliau-beliau diminta untuk hadir pada suatu acara tertentu, maka itu adalah suatu jaminan akan sebuah kepastian bahwa mereka akan datang, mereka akan menghadiri, mereka akan menepati janji apabila di tinjau dari sisi kapasitas mereka selaku 'manusia', terkecuali Allah berkehendak lain barulah hal itu tidak bisa terealisasi.
Namun dimasa sekarang, orang begitu gampang mengucapkan kata 'Insya Allah' sekalipun untuk sesuatu yang sebenarnya sulit untuk ia lakukan baik dipandang secara teknis, waktu, tempat, dan lainnya. Artinya sangat kecil kemungkinannya dapat ia penuhi. Bahkan tidak sedikit pula orang yang mengucapkan kata itu sesungguhnya sudah terbesit di dalam hatinya untuk tidak merealisasikan ucapannya itu. Ucapan itu sengaja disampaikan hanya dimaksudkan sekedar untuk pemanis.
Semestinya agar tidak memberi harapan alangkah baiknya nyatakan saja dengan sejujurnya misalkan: Mohon maaf, saya tidak bisa memenuhi janji karena bla...bla...., sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya.dst.dst.

Namun nyatanya orang tetap mengatakan 'Insya Allah', sekali lagi..., walau untuk sesuatu yang tidak mungkin dapat ia lakukan. Karena dianggapnya bahwa pengertian atau makna kata 'Insya Allah' adalah hanya tergantung sikon dan tergantung perasaan hati belaka, bukan tergantung pada ketentuan Allah.
Seolah-olah Lafadz Insya Allah itu hanya dianggap sebagai sebuah kata yang tepat untuk menutupi keraguan akan menepati janji. Bahkan kadang malah digunakan sebagai penolakan halus penutup rasa segan mengatakan “tidak bisa” terhadap teman . Inilah kesalahan terbesarnya. Padahal makna dari lafadz itu ialah kita Berjanji, dan selanjutnya Allah lah yang menentukan takdir apakah kita bisa sampai kepada janji tersebut, karena takdir ada ditangan Tuhan.
Kemudian yang lebih mirisnya lagi, banyak orang-orang disekeliling kita yang sudah tidak percaya lagi dengan temannya ketika berjanji apabila mengucapkan Insya Allah. Malah ada yang jawab “kok Insya Allah?, yang pasti dong ! “ ckckck...sungguh parahkan melesetnya?? Mengapa hal ini terjadi?? Ya karena itu tadi, kesalahan penafsiran makna lafadz InsyaAllah tersebut. Banyak orang mengira lafadz itu adalah ketidakpastian atau lafadz keraguan. Sungguh bertentangan dengan firman Allah.
Perlu ditegaskan sekali lagi, Janji itu adalah hutang dan yang namanya hutang kita mempunyai kewajiban untuk membayarnya ! . Bahkan bila seorang berjanji lalu diingkarinya tanpa uzur, maka ia termasuk golongan orang yang munafik.

Seringkali Insya’Allah di ucapkan bukan pada tempatnya, mungkin bagi anda yang non muslim akan segera mencerna dengan kata tidak atau sebuah keragu-raguan saat mendengar seseorang mengucapkan sebuah janji atau rencana dengan menyertakan kata Insya’Allah, sebenarnya bukan karena Non muslimnya, akan tetapi seringnya Insya’Allah itu di salah gunakan, mungkin bukan hanya non muslim saja yang akan bertindak demikian, seorang muslim saja kadang mencerna begitu karena si pengucap Insya’Allah tersebut telah dia ketahui adalah orang yang sering ingkar.
Bagaimana jika kata "insya Allah" dijadikan tameng untuk memerdaya manusia atau dalih untuk melepaskan diri dari tanggung jawab? Sesungguhnya kita telah melakukan dua dosa. Pertama, menipu karena menggunakan zat-Nya. Kedua, kita telah menipu diri kita sendiri karena sesungguhnya kita enggan menepatinya, kecuali sekadar menjaga hubungan baik semata dengan rekan, kawan, atau relasi. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar